3 Teori Pembentukan Tata Surya
& Alam Semesta
·
Teori Big Bang Dalam Proses Terjadinya
Alam Semesta
“ Seluruh materi dan energi
dalam alam semesta pernah bersatu membentuk sebuah bola raksasa. Kemudian bola
raksasa ini meledak sehingga seluruh materi mengembang karena pengaruh energi
ledakan yang sangat besar.”
Dengan kata lain, segala
sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga
terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik
tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang
dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut,
bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
terjadinya peristiwa Big Bang,
alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha
dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan
permukaan balon yang sedang ditiup.
Teori Big Bang didukung oleh
beberapa penemuan mutakhir. Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom
kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924.
ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya,
ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut.
Menurut teori fisika yang sudah
diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat
observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi
kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai
beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang
berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat
Albert Einsten yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis
artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan
bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha
melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan
bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George
Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang
tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi
kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965
keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin
menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur
hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi
hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam
ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi
helium.
Gagasan teori Big Bang itu
didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih
seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang
efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup
sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat
saling menjauh.
Kini, peristiwa Big Bang yang
ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar
“teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu,
dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira
32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah
diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara
15-20 milyar tahun yang lalu.
· Teori
Bintang Kembar dalam Proses Pembentukan Tata surya
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle
(1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
· Teori
Nebula (Teori Kabut)
Teori Kabut atau disebut juga Teori
Nebula. Teori Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg
(1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada
tahun 1775.
Teori serupa juga dikembangkan oleh
Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Teori ini, yang
lebih dikenal dengan Teori Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap
awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es,
dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya
gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan
arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa
(matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan
cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya
gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk
planet dalam dan planet luar.
Laplace berpendapat bahwa orbit
berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari
pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula) menceritakan kejadian tersebut dalam 3
(tiga ) tahap :
1. Matahari
dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan
besar
2. Kabut
tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat
lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut
sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3. Materi-materi
tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur
mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan
Keluarga Matahari.
* Kelebihan teori kabut/Teori
Nebula:
Teori ini berhasil menjelaskan bahwa
tata surya datar, orbit ellips planet mengelilingi matahari hampir datar.
* Kelemahan teori kabut/Teori Nebula:
1. James
Clerk Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam
gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat
menjadi planet.
2. F.
R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa yang
memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori
kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki
momentum sudut yang paling besar.
* Berbagai Modifikasi Teori Nebula
Astronom Jerman C. von Weizsaeckar
memperkenalkan hipotesis nebulanya pada tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa
suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul dan keluar sampai jauh sekali
dari garis khatulistiwa matahari di jaman purba. Sebagian besar lapisan
ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Akhirnya, tekanan panas dan
radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta
meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih berat itu
secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang berbentuk seperti
ginjal. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang
angkasa dan berkembang menjadi planet
0 Response to "3 Teori Pembentukan Tata Surya & Alam Semesta"
Post a Comment